R&B (ditulis juga RnB,
singkatan dari rhythm and blues) adalah genre
musik populer yang menggabungkan jazz, gospel, dan blues, yang pertama
kali diperkenalkan oleh pemusik Afrika-Amerika. Istilah ini pertama kali
dipakai sebagai istilah pemasaran dalam musik di Amerika Serikat pada tahun
1947 oleh Jerry Wexler yang bekerja pada
majalah Billboard.Istilah ini menggantikan istilah musik ras dan kategori
Billboard Harlem Hit Parade pada Juni 1949.[2]
Tahun 1948, RCA Victor memasarkan musik kulit hitam dengan nama Blues
and Rhythm. Frasa tersebut dibalik oleh Wexler di Atlantic Records, yang
menjadi perusahaan rekaman yang memimpin bidang R&B pada tahun-tahun awal.
Funk adalah sebuah aliran musik
yang mengandung unsur musik tarian
Afrika-Amerika. Umumnya musik funk dapat dikenali lewat ritme yang
sering terpotong singkat, bunyi gitar ritme yang tajam, perkusi yang dominan,
pengaruh jazz yang kuat, irama-irama yang dipengaruhi musik Afrika, serta kesan
gembira yang didapati saat mendengarnya. Akar funk dapat ditelusuri hingga
jenis rhythm and blues dari daerah Louisiana pada tahun 1960-an. Aliran musik
ini terkait dekat dengan musik soul serta jenis musik turunan lainnya seperti
P-Funk dan Funk Rock.
Dangdut merupakan salah satu dari
genre seni musik yang berkembang di
Indonesia. Bentuk musik ini berakar dari musik Melayu pada tahun 1940-an. Dalam evolusi menuju
bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik India (terutama
dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok
dan harmonisasi). Perubahan arus politik Indonesia di akhir tahun 1960-an
membuka masuknya pengaruh musik barat yang kuat dengan masuknya penggunaan
gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya. Sejak tahun 1970-an dangdut boleh
dikatakan telah matang dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik populer,
dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari
keroncong, langgam, degung, gambus, rock, pop, bahkan house musik. Penyebutan nama
"dangdut" merupakan onomatope
dari suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang saja)
musik India. Putu Wijaya awalnya menyebut dalam majalah Tempo edisi 27 Mei 1972
bahwa lagu Boneka dari India adalah campuran lagu Melayu, irama padang pasir,
dan "dang-ding-dut" India.Sebutan ini selanjutnya diringkas menjadi
"dangdut" saja, dan oleh majalah tersebut digunakan untuk menyebut
bentuk lagu Melayu yang terpengaruh oleh lagu India.
No comments:
Post a Comment