Bahan dan Alat Untuk Menjernihkan Air :
- Air sumur yang masih bersih dan tidak tercemar.
- Batu kerikil yang digunakan sebagai bahan penyaring dan untuk membantu proses aerasi oksigen.
- Pasir yang digunakan untuk menahan endapan lumpur.
- Arang (bukan batok) sebagai bahan penyerap partikel yang halus, bau, dan warna yang terkandung dalam air.
- Sapu ijuk untuk menyaring partikel yang lolos dari lapisan sebelumnya, dan untuk meratakan air yang sedang mengalir.
- Drum plastik/gentong besar/bak semen yang dapat diisi air sekitar 200 liter.
- Gentong besar untuk menampung.
- Pipa bambu/paralon atau juga selang plastik untuk media mengalirkan air.
- Pompa air penyangga kayu jika diperlukan.
- Kran air.
- Kasa nyamuk dari plastik.
- Solasi untuk paralon dan lem paralon.
Mempersiapkan Bak Penampung Air Jernih :
- Pasanglah kran pada ketinggian 10 cm dari bagian dasar, untuk masing-masing drum/gentong. Sambung kran menggunakan saluran paralon sepanjang 30 cm yang diberi lubang dan dibungkus menggunakan kasa nyamuk. Saluran paralon tersebut berada didalam gentong/drum.
- Cuci bahan-bahan penyaring seperti batu kerikil, arang, pasir, dan juga sapu ijuk hingga semuanya benar-benar bersih, lalu dikeringkan.
- Susun bahan penyaring dimulai dari bagian paling dasar keatas secara berurut : Ijuk (ketebalan 15 cm); pasir (10 cm); batu kerikil (10 cm); arang (15 cm); ijuk (5 cm); dan pasir (10 cm).
- Perlu diingat bahwa dalam penyusunannya harus rapat dan merata, jangan sampai ada rongga kosong antar lapisan.
- Buat penyangga gunakan kayu berundak, dengan ketinggian pertama 50 cm dan tinggi undak kedua 170 cm (disesuaikan dengan ketinggian drum/gentong).
- Susunlah kedua drum/gentong secara bertingkat/vertikal. Lalu letakkan drum/gentong pertama di undak paling bawah (paling pertama) sebagai penyangga.
- Setelah mengendap baru air dialirkan. Alirkan air dari dalam drum/gentong pertama ke drum/gentong kedua. Air yang keluar mula-mula keruh dan tunggu beberapa lama air akan jernih. Setelah jernih, baru di tampung kedalam drum/gentong kedua.
No comments:
Post a Comment