Sekitar
abad ke-2 SM, permainan ini dimainkan dengan cara memukulnya dengan tangan dan
boleh ditendang saat bola menyentuh tanah. Sepak bola saat itu dikenal dengan
nama Episkuros atau Harpaston. Memakai bola yang tidak lebih baik ketimbang
bola isi rambut, bolanya diisi bulu” binatang. Para hewan banyak yang
kedinginan bila bulunya sering dicabuti
Sepakbola
merupakan olahraga yang dikenal sejak ribuah tahun yang lalu. Bukti ilmiah yang
bisa didapat adalah adanya permainan semacam sepak bola di negeri Cina. Kala
itu, dinasti Han melatih tentara menggunakan “tsuchu” untuk latihan fisiknya :
yaitu latihan menendang bola kulit memasukan ke dalam jaring kecil yang
diikatkan pada batang-batang bambu panjang. Pemain membidikan bola ke dalam
jaring kecil menggunakan kaki, dada, punggung, serta bahu sambil berusaha
menahan serangan dari lawan.
Di Jepang dikenal pula permainan semacam “tsu-chu” sekitar 500 – 600 tahun
kemudian, meskipun tidak kompetitif seperti di Cina. Di Yunani juga mengenal
olahraga pra sepak bola yang bernama “episkyros”, juga di Romawi orang mengenal
permainan “harpastum” yaitu permainan dengan bola berukuran kecil. Pemainnya
dibagi dalam dua kelompok yang saling berhadapan di dalam lapangan berbentuk
segi empat yang dibatasi oleh garis serta terdapat garis tengah. Tujuannya
adalah menggiring bola hingga melewati garis batas lawan, dengan langkah dan
terkadang melakukannya dengan segala tipu muslihat.Ada dugaan bahwa orang-orang
Romawi membawa permainan itu ke Inggris. Tapi masih disangsikan apakah
Harpastum merupakan pendahulu sepakb bola yang sekarang dikenal ini, sebab
penduduk Celtic di Cronwall sudah mengenal permainan yang serupa yang disebut
“hurling”. Waktu itu jelas belum ada peraturan yang baku. Orang boleh main
tanpa jumlah yang pasti dan tidak saja kaki tetapi tanganpun boleh main. Boleh
menendang tulang kering serta membawa lari bola.Banyak teori tentang siap yang
mula-mula melaksanakan permainan sepak bola ini. Tetapi yang pasti, Inggrislah
yang mulai menyempurnakan sehingga perkembangannya halus seperti sekarang ini.
Prakarsanya di mulai pada tahun 1963, ketika sebelas perkumpulan di London
mengadakan pertemuan untuk menjernikan kekacauan dengan membuat serangkaian
peraturan fundamental untuk mengatur pertandingan-pertandingan selanjutnya. Dan
pada Tanggal 26 Oktober lahirlah Football Association yang pertama. Buntut dari
pertemuan itu adalah keluarnya kelompok Rugby dalam rapat karena menolak
peraturan yang melarang penginjakan, penendangan tulang kering dan
melarikan/membawa bola. Akhirnya pada tanggal 8 Desember 1863, Rugby resmi
mengurdurkan diri dan keduanya berjalan sendiri-sendiri.
Kesempurnaan
bermain bola makin mendekati terutama setelah enam tahun Football Association
berjalan. Adanya klausul yang melarang setiap pemegangan bolan (bukan hanya
melarikan). Dan delapan tahun kemudian anggotanya sudah berjumlah 50
perkumpulan. Dan kompetisi sepak bola yang pertama dimulai di negara Inggris.
Pertumbuhan sepak bola melaju terus di seantero jagat. Bahkan tahun 1879 sudah
mengenal langkah-langkah sepakbola profesional di Darwin, yaitu dua pemainnya
John Love dan Fergus Suter dilaporkan sebagai orang-orang pertama yang menerima
bayaran dari bakatnya bermain sepakbola.
Setelah
Football Association, segera menyulus di Nederland, the Scottisch FA (1873),
The TA of Wales (1875), dan The Irish FA di Belfast, Selandia Baru (1891),
Argentina (1893), Chili (1895), Swiss dan Belgia (1895) Italia (1898), Jerman
dan Uruguay (1900), Hongaria (1901), dan Finlandia pada tahun 1907.
Pada
tahun 1907, berdirilah Federasi sepakbola dunia (FIFA) di Paris. Pelopornya
adalah Perancis, Denmark, Nederland, Spanyol, Swedia dan Swiss. Dari tujuh
anggota berkembang menjadi 36 pada tahun 1925 dan setelah diselingi Perang
Dunia II, perebutan Piala Dunia II sudah diikuti oleh 73 anggota. Dan pada saat
ini FIFA mempunyai anggota sebanyak 146.300.000 klub. Diantara sekian banyak
klub, 200.000 di andi Eropa dengan sekitar 680.000 tim dan 22 juCao Yang gemas
meski itu hari bersejarah bagi Cina. Tanggal 20 Mei 2004 Asosiasi sepak bola
Internasional (FIFA) dalam perayaan ulangtahunnya yang ke-100 secara resmi
mengakui bahwa sepak bola berasal dari negeri Tirai Bambu. Tapi Direktur
Pengembangan sepak bola Provinsi Zibo itu masih kesal. “Seandainya peraturan
sepak bola tak diubah, kami sudah jadi nomor satu di dunia,” katanya.
Cina
adalah tanah air sepak bola, selain ilmu pengetahuan, budaya dan kearifan
agama. Karena itu, tak heran, jika Rasulullah Muhammad perlu menganjurkan
umatnya belajar ke negeri ini.
Di
Cina sepak bola sudah dimainkan orang sejak 7.000 tahun yang lalu—sebuah masa
yang panjang dari sebuah klaim yang salah. Selama ini orang menganggap sepak
bola lahir di Inggris pada abad 19. Para penulis sejarah sepak bola juga seolah
keberatan mengakui Cina sebagai negeri yang melahirkan sepak bola. Inggris, dan
Eropa pada umumnya, sesungguhnya hanya mengembangkan olahraga ini dari apa yang
sudah ditemukan oleh orang-orang Asia Tengah.
Petualang
Italia, Marco Polo (1254-1324), mengenalkan sepak bola modern dari Cina dan
Jepang sewaktu kembali ke Eropa. Tapi para peneliti masih berdebat apakah
petualang itu satu-satunya orang yang berjasa membawa sepak bola ke sana.
Sebagian meragukan, sebagian lagi yakin Eropa telah “mencuri” permainan ini
dari Asia kuno lewat Marco Polo.
Catatan
tertua tentang sepak bola ditemukan di Cina dari masa Dinasti Tsin (255-206
sebelum Masehi). Manuskrip itu mencurigai, permainan ini diperoleh secara
turun-termurun sejak 5.000 tahun sebelumnya. Pada zaman Tsin, permainan yang
dinamai tsu chu ini awalnya dipakai untuk melatih fisik para prajurit kerajaan.
Kemudian berkembang menjadi permainan yang menyenangkan kendati sulit
dilakukan. Pemainnya tak hanya anggota kerajaan tapi juga rakyat di seluruh
Cina.
Satu
tim terdiri dari enam orang yang berlomba memasukkan bola dari kulit binatang
yang diisi rambut ke lubang jaring berdiameter 40 sentimeter. Jaring setinggi
10,5 meter ditancapkan di tengah lapangan yang dikelilingi tembok, mirip
lapangan bolavoli di zaman sekarang. Dengan tsu chu orang Cina memahirkan kung
fu. Aturan tsu chu sangat sederhana: bola tak boleh disentuh tangan dan tim
yang menang adalah mereka yang paling banyak memasukkan bola ke dalam lubang
jaring.
Tsu
chu yang berarti “menendang bola” lahir dari kepercayaan Cina kuno. Menurut
penulis Li You (55-135), bola itu melambangkan bulan yang amat sakral dan dua
tim yang berlawanan melambangkan yin dan yang. Angka 12 diambil dari jumlah
bulan dalam penanggalan Cina. Permainan ini sudah mengenal wasit. Dia memimpin
pertandingan dan menghitung skor.
Legenda
menyebutkan anggota kerajaan sangat menggemari permainan ini. Raja-raja sengaja
membangun lapangan untuk bermain tsu chu dan mewajibkan sekolah mengajarkan
olahraga ini. Karena itu tsu chu cepat populer ke seantero negeri. Pada masa
Dinasti Han (206 sebelum Masehi hingga 200 setelah Masehi) ketenaran tsu chu
mencapai puncaknya. Dokumen dari tahun 50 sebelum Masehi melaporkan ada
pertandingan antara tim Cina dan Jepang di Kyoto. Tak disebutkan berapa skor
akhirnya.
Orang
Jepang memainkan olahraga ini setelah padagang dan siswa mereka menyambangi
Cina. Selain diperkenalkan oleh orang Cina sendiri ketika mendatangi
negeri-negeri sekitarnya. Dinasti Cina terkenal sebagai bangsa penjelajah.
Orang Jepang mengadopsi tsu chu dengan lebih kreatif. Mereka menamainya kemari.
Pemainnya dua sampai 12 orang. Gawangnya berupa dua pohon yang berdiri sejajar.
Olahraga ini sangat riuh karena para pemain saling berteriak jika sedang
mengendalikan atau akan menendang bola. Setiap pemain tidak dibolehkan menjegal
atau melukai lawan.
Kemari
mencapai puncak popularitas pada abad 10-16. Di tahun inilah, Marco Polo datang
ke sana karena sudah mendengar tentang permainan ini. Peneliti yang meragukan
Marco Polo sebagai pembawa sepak bola ke Eropa karena di daratan ini sudah ada
permainan bola ratusan tahun sebelum Marco Polo lahir. Hanya saja permainan
bola di hampir semua negara Eropa sebelum abad 18 mirip rugbi di zaman
sekarang.
Di
Yunani bermain bola sudah dikenal 800 tahun sebelum Masehi dengan nama episkyro
dan harpastron. Pasukan Romawi yang menyerbu Yunani tahun 146 sebelum Masehi
kemudian mengadopsi permainan ini dan menyebarkannya seiring penaklukan
wilayah-wilayah Eropa. Kaisar Romawi Julius Caesar tercatat sebagai penggemar
harpastrum. Ia memakai permainan ini sebagai olahraga melatih fisik pasukannya.
Di Roma, luas lapangan harpastrum menyesuaikan dengan jumlah pemain. Suatu kali
harpastrum pernah dimainkan oleh lebih dari 100 orang. Karena itu sepak bola
lebih mirip kerusuhan massal.
Penulis
Romawi, Horatius Flaccus dan Virgilius Maro menyebut Harpastrum sebagai
permainan biadab. Olahraga ini kemudian dilarang di seluruh negeri. Dan sejarah
sepak bola Eropa kemudian diwarnai oleh bredel-membredel.
Orang
Inggris mulai mengenal sepak bola pada sekitar abad 8. Sama seperti di Romawi,
permainan bola di Inggris jauh lebih brutal. Dimainkan di lapangan yang luas
atau jalanan berjarak 3-4 kilometer. Raja Edward II menyebut sepak bola sebagai
“permainan setan yang dibenci Tuhan.” Ia melarang rakyatnya melakukan olahraga
ini pada April 1314, terutama untuk kalangan ningrat. sepak bola dianggap
kampungan karena menggunakan tengkorak manusia sebagai bola.
Raja
khawatir jika prajurit terlalu sering bermain bola mereka lupa latihan berkuda
dan panahan untuk menghadapi pasukan musuh. Raja-raja Inggris berikutnya
melanjutkan larangan itu hingga Ratu Elizabeth I (1533-1608).
Dalam
buku The Anatomie of Abuses yang ditulis Philip Stubbes tahun 1583 kekerasan
itu terekam sangat jelas. “Ratusan orang mati dalam satu pertandingan ini,”
tulis Stubbes. Pemain yang selamat banyak yang cedera parah: kalau tak patah
kaki, pasti remuk tulang punggung, atau kepala bocor, mata picek dan
seterusnya. Stubbes, seorang puritan yang serius, mengkampanyekan larangan
sepak bola hingga gereja-gereja turun tangan. Apalagi ketika itu permainan bola
dilakukan saat hari minggu Sabath. Orang yang mencuri-curi bermain bola dan
ketahuan dimasukkan penjara selama seminggu.
Di
Prancis sepak bola juga dilarang. Orang Prancis yang mengenal bola dari tentara
Romawi pada 50 sebelum Masehi, juga bermain tanpa aturan dan tanpa batasan
jumlah pemain. Akibat larangan itu, sepak bola yang dinamakan soule ini baru
kembali dimainkan orang pada abad 12. Tetapi dilarang kembali oleh Raja Felipe
V di tahun 1319 yang diteruskan oleh rajaraja Prancis berikutnya.
Kekerasan
sepak bola juga terjadi di Amerika Tengah. Suku Indian dan Astek juga sudah
memainkan sepak bola ratusan tahun yang lalu. Hanya saja pada suku Astek
permainan bola merupakan gabungan dari permainan basket, voli dan sepak bola
sekaligus.
Di
kalangan orang Indian, sepak bola lebih mirip perang antar suku yang digelar di
lapangan maha luas dan berharihari jika skor masih imbang. Dengan pemain setiap
tim berjumlah 500 orang, pasuckaukohowog menghasilkan korban yang cedera
berbulan-bulan. Sebelum bertanding para pemain melakukan ritual seperti sebelum
maju perang. Mereka mengecat tubuh dan wajah dengan gambar tertentu untuk
menolak bala.
Sepak
bola mulai modern dan tertib setelah Giovani Bardi dari Italia membukukan
serentetan aturan permainan ini tahun 1580. Di Italia, sepak bola disebut
calcio. Setahun berikutnya, Richard Mulcaster di Inggris juga melakukan hal
serupa. Kepala Sekolah Merchant Taylor’s dan St. Paul itu menyerukan perlunya
pembatasan pemain dan wasit. Paparannya dalam buku Position Where in Those
Primitive Circumstanes be Examined itu lebih banyak menganjurkan pengurangan
kekerasan dan mementingkan aspek kebugaran.
Dua
ratus tahun kemudian Joseph Strutt menyempurnakan aturan tersebut. Belajar dari
sejarah bola Inggris tahun 1700, ia menulis buku The Sports and Pastimes of The
People England. Dalam buku ini ia membuat aturan bahwa sepak bola harus terdiri
dari dua tim dengan jumlah pemain sama. Kedua tim harus berebut bola untuk
memasukkannya ke gawang lawan yang terpisah oleh jarak 70-90 meter.
Baik
Bardi, Mulcaster maupun Strutt, ketiganya menginginkan sepak bola melulu
sebagai permainan. Mereka sebenarnya mengadopsi peraturanperaturan sederhana
sepak bola yang sudah dipraktikkan di Jepang dan Cina puluhan abad sebelumnya.
Dalam World Soccer (1992), Guy Oliver menulis bahwa peraturan dan permainan tsu
chu maupun kemari merupakan sumber ilham sepak bola modern.
Mulcaster
dijuluki sebagai “pembela sepak bola paling gigih dari abad 16”. Itu karena ia
tekun mengkampanyekan sepak bola yang tidak brutal. Permainan ini, katanya,
bahkan harus dimainkan oleh perempuan dan anak-anak karena berguna untuk
kekuatan dan kebugaran tubuh. Padahal di Cina, menurut pelukis Dinasti Ming, Du
Jin, para perempuan sudah bermain tsu chu antara tahun 1465-1509.
Konsep
Strutt ini kemudian dijadikan pijakan peraturan sepak bola modern. Pijakan ini
mendasari lahirnya Football Association di Inggris pada 26 Oktober 1863 oleh 11
klub sepak bola di sana yang anggotanya terdiri dari para mahasiwa. Awalnya,
asosiasi mengatur jumlah pemain satu tim sebanyak 15-21 orang. Pada 1870 jumlah
pemain dibakukan menjadi sebelas. Penjaga gawang baru muncul pada 1880.
Dari
organisasi ini pulalah lahir istilah soccer, dari singkatan kata association.
Charles Wreford Brown, mahasiswa Universitas Oxford, menemukan tak sengaja
istilah ini ketika ditanya orang apakah ia seorang pemain rugbi (rugger),
olahraga yang lebih terkenal di sana. Brown menjawab, “No, I’am soccer.”
Sedangkan
football, meskipun pertama kali disebut dalam larangan- larangan para raja pada
abad 17 dengan nama fute-ball, istilah ini semakin populer setelah ditulis
dramawan Inggris yang terkenal, William Shakespeare. Dalam King Lear seorang
tokohnya mencemooh tokoh lain yang dianggap dungu sebagai “football player”.
Shakespeare melanjutkannya ketika menulis Comedy and Errors (adegan II).
Istilah ini masih dipakainya untuk mencemooh tokoh yang begerak tak tentu arah.
Tahun
1863 merupakan tonggak sejarah sepak bola modern. Selain ada wasit, luas lapangan
dan jumlah pemain yang dibatasi, sepak bola juga hanya memakai kulit binatang
yang diisi udara. Permainan ini kemudian menyebar ke negara jajahan Inggris dan
berkembang pesat dan kompleks sebagai budaya massa dalam abad modern.
Orang
Inggris keliru ketika pada Piala Eropa 1996 memasang spanduk besar-besar dengan
bunyi: sepak bola kembali ke tanah leluhurnya. Orang Inggris mengacu pada
kelahiran Asosiasi sepak bola (FA) yang baru berusia dua abad itu. Mereka
keliru karena sepak bola adalah produk santun kebudayaan Timur.
Sebagai
sebuah budaya massa, sepak bola telah menarik minat para ilmuwan dengan
pelbagai latar belakang: sosial, ekonomi, politik, filsafat. Victor Matheson
dari Departemen Ekonomi William College, Inggris, dalam penelitiannya di tahun
2003 menyimpulkan bahwa klub-klub profesional di Eropa dan Amerika Selatan
menyumbang pertumbuhan ekonomi yang signifikan kepada negaranya. Setiap klub,
dengan perputaran uang triliunan rupiah, setidaknya mempekerjakan 3.000
karyawan. Atau holiganisme di Inggris yang menarik minat para sosiolog dalam
meneliti pendukung sebuah kesebelasan.
Para
pemikir sudah lama menaruh minat pada olahraga ini. Albert Camus pernah bilang
bahwa dirinya berutang kepada sepak bola karena olahraga ini mempertontonkan
soal moral dan tanggungjawab. Di masa mudanya, Camus pernah jadi kiper, karena
itu ia punya lebih banyak waktu merenungkan pertandingan. Claude Levi- Strauss,
Sartre hingga Gramsci juga sudah menulis kajian filsafat sepak bola. Di
Australia, pengelola klub menyeleksi pemain dengan teori psikoanalisis Sigmund
Freud. Karena
itu Cao Yang tetap gemas meski Cina sudah diakui sebagai tanah leluhur sepak
bola. Ia gemas karena Eropa mampu mencuri permainan ini dan maju dengan itu.
No comments:
Post a Comment