§
Pelaksanaan
Pemilihan Umum Masa Orde Baru
Pemerintah Orde Baru bercirikan pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Salah satu sarana perjuangan adalah Pemilihan Umum. Sejak tahun 1971
dasar yang dipakai dalam pemilu adalah Pancasila dan UUD 1945. Tujuannya yaitu
memilih anggota-anggota DPR, DPRD I, DPRD II, dan mengisi keanggotaan MPR.
Waktu penyelenggaraan pemilu yaitu 5 tahun sekali. Tahun 1971 peserta pemilu
ada Sembilan partai politik dan satu Golkar. Pemilu tahun 1977 dan seterusnya
peserta pemilu tinggal dua partai dan satu Golkar. Tindakan ini diambil
berdasarkan pengalaman pahit menggunakan sistem multipartai. Pada Orde Baru,
pancasila diterima sebagai salah satunya asas (asas tunggal). Pelaksanaan
pemilu pada Orde Baru upaya memurnikan demokrasi pancasila telah dilaksanakan
pada tahun 1971, 1982, 1987, 1992 dan 1997.
§
Kehidupan
politik, ekonomi dan social budaya pada masa Orde Baru
Pemerintahan
Orde Baru mencapai keadaan yang stabil. Pembangunan nasional yang menjadi
sarana tercapainya tujuan nasional dapat berjalan lancar. Tujuan nasional
bangsa Indonesia adalah mewujudkan masyarakat adil makmur, materil dan
spiritual berdasarkan pancasila.
§
Krisis
politik, ekonomi dan social
Keberadaan Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia
(PDI) dianggap tidak mampu lagi memenuhi aspirasi politik sebagian masyarakat.
Kehidupan masyarakat dan pemerintah juga dianggap masih dipenuhi pelanggaran
hukum dan hak asasi manusia oleh para penguasa. Masyarakat menuntut reformasi
dalam segala bidang. Pertikaian dalam tubuh PDI berubah menjadi peristiwa
tragis pada taanggal 27 Juli 1996 yang dikenal dengan nama kudatuli (Kerusuhan 27
Juli). Bulan Mei 1997 dilaksanakan pemilu, dalam pemilu tersebut Golkar menang mutlak.
Dalam Sidang Umum MPR bulan
Maret 1998 jendral Purnawirawan Soeharto kembali terpilih menjadi Presiden dan
B.J.Habibie sebagai wakil. Kabinet Pembangunan VII yang dibentuk setelah Sidang
Umum MPR di bulan Maret 1998 masih berciri nepotisme, korupsi, dan kolusi.
Larangan mengkritik dan mengontrol pemerintah menyebabkan terjadinya berbagai
penculikan terhadap aktivis demokrasi. Sejak bulan Juli 1997 Indonesia terkena
krisis moneter. Struktur ekonomi nasional Indonesia masih lemah. Kurs rupiah
terhadap dolar Amerika Serikat terus melemah. Krisis moneter berdampak pada
bangkrutnya banyak perusahaan yang berakibat pada tindakan pemutusan hubungan
kerja sehingga menambah pengangguran. Harga barang mulai tidak terkendali dan
biaya hidup pun makin tinggi
§
Berakhirnya
masa Orde Baru dan lahirnya reformasi
Kepercayaan terhadap kepemimpinan Presiden Soeharto makin berkurang.
Gelombang aksi mahasiswa untuk meminta penggantian kepemimpinan nasioal dan
reformasi total tidak dapat dibendung.
Bentrokan antara mahasiswa dan aparat keamanan tidak terelakkan sehingga
banyak menelan korban jiwa. Diantaranya adalah empat mahasiswa dari Universitas
Trisakti dan keempat mahasiswa itu diberi gelar pahlawan reformasi. Peristiwa
itu kemudian dikenal dengan Tragedi Trisakti. Pada tanggal 18 Mei 1998,
mahasiswa berhasil menduduki gedung DPR/MPR dan mahasiswa tersebut terus mendesak agar Presiden Soeharto
mengundurkan diri. Menanggapi tekanan yang demikian hebat, pada tanggal 21 Mei
1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri dan selanjutnya digantikan oleh B.J.
Habibie. Pelengseran Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun dari
kursi kepresidenan menandai berakhirnya kekuasaan Orde Baru.
No comments:
Post a Comment