Thursday, February 6, 2020

REVIEW FILM "BRAIN ON FIRE"

Review Film Brain On Fire




Film Brain On Fire adalah sebuah film yang rilis pada tanggal 14 September 2016, film ini diangkat dari sebuah kisah nyata milik Susannah Chahalan seorang gadis berumur 21 tahun, di usianya yang masih muda tersebut dia seakan memiliki segalanya, pekerjaan impian sebagai jurnalis di harian New York Post, pacar, serta keluarga yang harmonis meskipun ayah ibunya telah berpisah. Kisahnya dituangkan dalam sebuah buku yang berjudul Brain On My Fire: My Months Of Madness.

Kisahnya berawal saat Susannah merasa kalau dirinya sedang tidak enak badan, ia lalu memeriksakan dirinya ke dokter tetapi hanya didiagnosis flu dan demam karena kelelahan, akhirnya ia tetap melanjutkan aktivitasnya seperti biasa, akan tetapi lama kelamaan kondisinya mengganggu konsentrasinya dalam bekerja. Ia sering berhalusinasi, kehilangan konsentrasi, dan kebas pada tangannya. Ia mengira kebasnya tangan karena digigit oleh serangga kasur karena ia melihat ada bercak merah seperti bekas gigitan serangga ditangannya, namun sahabat di kantornya, Morgan, sama sekali tidak melihat bekas apapun di tangannya.

Karena merasa kondisinya semakin memburuk, Susannah akhirnya memeriksakan dirinya ke dokter, ia sangat kaget karena dokter tersebut menyuruhnya untuk melakukan MRI namun dokter mengatakan hanya untuk berjaga-jaga. Setelah hasil MRI keluar tidak ditemukan penyakit atau kelainan lain ditubuh Susannah.

Ia sering kali mengalami mood swing seperti saat dikantor ia tiba-tiba merasa sedih dan tiba-tiba merasa sangat senang, atasannya, Richard, menyuruhnya pulang namun Susannah membuat kekacauan di kantor. Hingga pada akhirnya Susannah kejang-kejang saat tidur bersama Stephen, akhirnya ia dibawa kerumah sakit dan kedua orang tua Susannah datang, dokter mengatakan Susannah mengalami gejala penarikan alkohol akhirnya mereka memutuskan untuk membawa pulang Susannah kerumah ibunya, selama dirumah ibunya Susannah terus melakukan hal-hal aneh, hingga suatu saat ia mengatakan kepada ibunya kalau ia menderita bipolar, ibunya menganggap omongan Susannah hanya omong kosong, akhirnya ibunya menceritakan kondisi Susannah kepada ayahnya, ayahnya juga tidak menganggap anaknya bipolar, namun ibunya menyuruh ayahnya untuk melihat sendiri, akhirnya Susannah tinggal bersama ayahnya, saat dirumah ayahnya pun Susannah membuat kekacauan, ia merasa akan diculik oleh ibu tirinya dan mengamuk. Akhirnya ia dibawa dirumah sakit.

Awalnya tim dokter mengatakan Susannah memiliki penyakit kejiwaan, ia berkali kali didiagnosis skizofrenia dan bipolar, Mereka merekomendasikan Susannah untuk dipindah ke rumah sakit jiwa. Hanya kedua orangtua Susannah juga Stephen-lah yang selalu yakin kalau apa yang dialami Susannah bukanlah masalah kejiwaan. Untungnya ada salah seorang dokter dalam tim dokter yang merawat Susannah berpikiran sama dengan kedua orangtua Susannah. Dokter ini membawa berkas-berkas Susannah pada dokter Souhel Najjar, seorang dokter ahli bedah otak yang lebih memilih menjadi dosen alih-alih mengobati pasien. Tes yang dilakukan dr. Najjar ini terbilang unik. Bukannya mengambil darah atau MRI, dr. Najjar justru hanya meminta Susannah untuk menggambar jam. Susannah menggambar jam dengan angka yang hanya ditulis dibagian kanan, dari hasil gambarnya inilah akhirnya diketahui kalau apa yang dialami Susannah bukanlah masalah kejiwaan, melainkan kerusakan otak.
Susannah didiagnosis menderita Anti NMDA receptor enchepalitis, atau juga biasa disebut dengan brain on fire, otak yang terbakar. Itulah yang dialami oleh Susannah. Ini bukanlah penyakit yang disebabkan oleh bakteri ataupun virus. Ini adalah suatu kondisi dimana antibodi menyerang reseptor di dalam otak, sehingga akhirnya menyebabkan orang tersebut terjebak dalam tubuhnya sendiri. Susannah merupakan orang ke 217 yang disiagnosis terkena penyakit ini. Susannah akhirnya mendapat perawatan intensif dan berbagai terapi, perlahan ia sudah merasa seperti dirinya kembali walaupun harus terus melakukan pengobatan ia sangat bersyukur ia mendapatkan pengobatan yang sesuai.
Menurut saya film ini sangat bagus, para aktris dan aktor sangat memerankan masing-masing tokoh dengan baik, terutama pemeran Susannah yaitu Chloe saya sangat suka dengan bagaimana ia mengekpresikan karakter Susannah, sealin itu film ini menceritakan bagaimana perjuangan seorang gadis muda yang berjuang melawan penyakitnya, dan bagaimana perjuangan orang tua menyembuhkan putri satu-satunya yang sakit, dari film ini saya mendapatkan pelajaran bahwa kita sebagai pasien seharunya jeli dan sabar, saya juga merekomendasikan film ini karena sangat bermanfaat apabila disekitar kita ada kejadian yang sama dialami Susannah kita tidak boleh menyimpulkan bahwa orang tersebut gila, kita tidak boleh menjauhi, justru kita harus merangkul orang-orang yang memiliki penyakit seperti itu.
Terima Kasih..........

1 comment:

  1. ayo segera bergabung dengan kami hanya dengan minimal deposit 20.000
    dapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
    segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q

    ReplyDelete